Friday, June 29, 2012
SISTEM BILANGAN
SISTEM BILANGAN
Sistem bilangan adalah kode atau simbol yang digunakan untuk menerangkan sejumlah hal secara detail. Sistem bilangan adalah bahasa yang berisi satu set pesan simbul-simbul yang berupa angka dengan batasan untuk operasi aritmatika penjumlahan, perkalian dan yang lainnya. Pada sistem bilangan terdapat bilangan integer dan bilangan pecahan dengan titik radix “.”.
(N) r = [ (bagian integer . bagian pecahan) r)
Titik radix
2.1. Sistem Bilangan Biner
Sistem bilangan biner adalah suatu sistem atau cara menghitung bilangan dengan hanya menggunakan dua simbol angka yaitu ‘0’ dan ‘1’, bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan berbasis atau radix 2 .Sistem bilangan biner digunakan untuk mempresentasikan alat yang mempunyai dua keadaan operasi yang dapat dioperasikan dalam dua keadaan ekstrim. Contoh switch dalam keadaan terbuka atau tertutup, lampu pijar dalam keadaan terang atau gelap, dioda dalam keadaan menghantar atau tidak menghantar, transistor dalam keadaan cut off atau saturasi, fotosel dalam keadaan terang atau gelap, thermostat dalam keadaan terbuka atau tertutup, Pita magnetik dalam keadaan magnet atau demagnet.
2.2. Sistem Bilangan Desimal.
Sistem bilangan desimal adalah suatu sistem atau cara menghitung bilangan dengan menggunakan sepuluh simbol angka yaitu ‘0’ ,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,’7’,’8’ dan ‘9’ bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan berbasis atau radix 10. Sistem bilangan desimal kurang cocok digunakan untuk sistem digital karena sangat sulit merancang pesawat elektronik yang dapat bekerja dengan 10 level (tiap-tiap level menyatakan karakter desimal mulai 0 sampai 9)
Sistem bilangan desimal adalah positional-value system,dimana nilai dari suatu digit tergantung dari posisinya. Nilai yang terdapat pada kolom ketiga pada Tabel 2.1., yaitu A, disebut satuan, kolom kedua yaitu B disebut puluhan, C disebut ratusan, dan seterusnya. Kolom A, B, C menunjukkan kenaikan pada eksponen dengan basis 10 yaitu 100 = 1, 101 = 10, 102 = 100. Dengan cara yang sama, setiap kolom pada sistem bilangan biner yang berbasis 2, menunjukkan eksponen dengan basis 2, yaitu 20 = 1, 21 = 2, 22 = 4, dan seterusnya.
Setiap digit biner disebut bit; bit paling kanan disebut least significant bit (LSB), dan bit paling kiri disebut most significant bit (MSB).
Untuk membedakan bilangan pada sistem yang berbeda digunakan subskrip. Sebagai contoh 910 menyatakan bilangan sembilan pada sistem bilangan desimal, dan 011012 menunjukkan 01101 pada sistem bilangan biner. Subskrip tersebut sering diabaikan jika sistem bilangan yang dipakai sudah jelas.
2.3. Sistem Bilangan Oktal.
Sistem bilangan oktal adalah suatu sistem atau cara menghitung bilangan dengan menggunakan delapan simbol angka yaitu ‘0’ ,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,dan ’7’ bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan berbasis atau radix 8. Sistem bilangan oktal digunakan sebagai alternatif untuk menyederhanakan sistem pengkodean biner. Karena 8 = 23, maka satu (1) digit oktal dapat mewakili tiga (3) digit biner.
2.4. Sistem Bilangan Heksadesimal.
Sistem bilangan heksadesimal adalah suatu sistem atau cara menghitung bilangan dengan menggunakan 16 simbol yaitu ‘0’ ,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,’7’,’8’,’9’,
’A’,’B’, ’C’,’D’,’E’, dan ‘F’ bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan berbasis atau radix 16. Identik dengan sistem bilangan oktal, sistem bilangan heksadesimal juga digunakan untuk alternatif penyederhanaan sistem pengkodean biner. Karena 16 = 24, maka satu (1) digit heksadesimal dapat mewakili empat (4) digit biner.
2.5. Konversi Bilangan
2.5.1. Konversi bilangan desimal ke biner.
Cara untuk mengubah bilangan desimal ke biner adalah dengan membagi bilangan desimal yang akan diubah, secara berturut-turut dengan pembagi 2, dengan memperhatikan sisa pembagiannya. Sisa pembagian akan bernilai 0 atau 1, yang akan membentuk bilangan biner dengan sisa yang terakhir menunjukkan MSBnya. Sebagai contoh, untuk mengubah 5210 menjadi bilangan biner, diperlukan langkah-langkah berikut :
52/2 = 26 sisa 0, LSB
26/2 = 13 sisa 0
13/2 = 6 sisa 1
6/2 = 3 sisa 0
3/2 = 1 sisa 1
½ = 0 sisa 1, MSB
Sehingga bilangan desimal 5210 dapat diubah menjadi bilangan biner 1101002.
Cara di atas juga bisa digunakan untuk mengubah sistem bilangan yang lain, yaitu oktal atau heksadesimal.
2.5.2. Konversi bilangan desimal ke oktal.
Teknik pembagian yang berurutan dapat digunakan untuk mengubah bilangan desimal menjadi bilangan oktal. Bilangan desimal yang akan diubah secara berturut-turut dibagi dengan 8 dan sisa pembagiannya harus selalu dicatat. Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 581910 ke oktal, langkah-langkahnya adalah :
5819/8 = 727, sisa 3, LSB
727/8 = 90, sisa 7
90/8 = 11, sisa 2
11/8 = 1, sisa 3
1/8 = 0, sisa 1, MSB
Sehingga 581910 = 132738
2.5.3. Konversi bilangan desimal ke heksadesimal.
Teknik pembagian yang berurutan dapat juga digunakan untuk mengubah bilangan desimal menjadi bilangan heksadesimal. Bilangan desimal yang akan diubah secara berturut-turut dibagi dengan 16 dan sisa pembagiannya harus selalu dicatat. Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 340810 menjadi bilangan heksadesimal, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
3409/16 = 213, sisa 110 = 116, LSB
213/16 = 13, sisa 510 = 516
13/16 = 0, sisa 1310 = D16, MSB
Sehingga, 340910 = D5116.
2.5.4. Konversi bilangan biner ke desimal.
Seperti yang terlihat pada tabel 2.1. sistem bilangan biner adalah suatu sistem posisional dimana tiap-tiap digit (bit) biner mempunyai bobot tertentu berdasarkan atas posisinya terhadap titik biner seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.3.
Oleh karena itu bilangan biner dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara menjumlahkan bobot dari masing-masing posisinya yang bernilai 1.
Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan biner 1100112 menjadi bilangan desimal dapat dilakukan sebagai berikut:
1 1 0 0 1 1 Biner
25 + 24 + 21 + 20
32 + 16 + 2 + 1 = 51 Desimal
Sehingga bilangan biner 1100112 berubah menjadi bilangan desimal 5110.
Tabel 2.4. adalah contoh perubahan beberapa bilangan biner menjadi bilangan desimal.
Cara lain untuk mengkonversikan bilangan biner menjadi bilangan desimal dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan angka 2 dengan pangkat koefisien biner yang berharga 1. Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 101112 menjadi bilangan desimal, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
101112 = 1x 24 + 0x 23 + 1x 22 + 1x 21 + 1x 20 = 2310
2.5.5. Konversi bilangan biner ke oktal.
Konversi dari bilangan biner ke bilangan oktal dilakukan dengan mengelompokkan setiap tiga digit biner dimulai dari digit paling kanan(LSB). Kemudian, setiap kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan oktal.
Sebagai contoh, bilangan 111100110012 dapat dikelompokkan menjadi: 11 110 011 001, sehingga,
112 = 38, MSB
1102 = 68
0112 = 38
0012 = 18¬, LSB
Jadi, bilangan biner 111100110012 apabila diubah menjadi bilangan oktal = 36318.
2.5.6. Konversi bilangan biner ke heksadesimal.
Bilangan biner dapat diubah menjadi bilangan heksadesimal dengan cara mengelompokkan setiap empat digit dari bilangan biner tersebut dimulai dari digit paling kanan (LSB). Kemudian, setiap kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Sebagai contoh, 01001111010111102 dapat dikelompokkan menjadi: 0100 1111 0101 1110. Sehingga:
01002 = 416, MSB
11112 = F16
01012 = 516
11102 = E16, LSB
Dengan demikian, bilangan 01001111010111102 = 4F5E16.
2.5.7. Konversi bilangan oktal ke desimal.
Sistem bilangan oktal adalah suatu sistem posisional dimana tiap-tiap digit oktal mempunyai bobot tertentu berdasarkan atas posisinya terhadap titik oktal seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.5.
Oleh karena itu bilangan oktal dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara menjumlahkan bobot kali nilai-nilai dari masing-masing posisinya.
Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan oktal 3728 menjadi bilangan desimal dapat dilakukan sebagai berikut:
3 7 2 Oktal
3x82 + 7x81 + 2x80
192 + 56 + 2 = 250 Desimal
Sehingga bilangan oktal 3728 berubah menjadi bilangan desimal 25010.
2.5.8. Konversi bilangan oktal ke biner.
Konversi dari bilangan oktal ke bilangan biner dilakukan dengan cara mengubah setiap digit pada bilangan oktal secara terpisah menjadi ekivalen biner 3 digit, seperti yang terlihat pada Tabel 2.6.
Sebagai contoh, bilangan oktal 35278 dapat diubah menjadi bilangan biner dengan cara sebagai berikut:
38 = 0112, MSB
58 = 1012
28 = 0102
78 = 1112, LSB
Sehingga bilangan oktal 35278 sama dengan bilangan biner 011 101 010 1112.
2.5.9. Konversi bilangan oktal ke heksadesimal.
Konversi dari bilangan oktal ke bilangan heksadesimal dapat dilakukan dengan cara mengubah bilangan oktal ke bilangan biner atau ke bilangan desimal terlebih dahulu. Sebagai contoh, bilangan oktal 3278 dapat diubah menjadi bilangan heksadesimal dengan cara diubah dulu ke bilangan desimal, sebagai berikut:
Oktal 3 2 7
Desimal 3x82 + 2x81 + 7x80 = 215
Selanjutnya hasil bilangan desimal diubah ke bilangan heksadesimal,
215/16 = 13, sisa 710 = 716, LSB
13/16 = 0, sisa 1310 = D16, MSB
Sehingga, 3278 = 215 10 = D716.
Cara lain diubah dulu ke bilangan biner, sebagai berikut:
Oktal 3 2 7
Biner 011 010 111
Selanjutnya hasil bilangan biner dikelompokkan setiap empat bit dimulai dari digit paling kanan (LSB). Kemudian, setiap kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Biner 0 1101 0111
Heksadesimal 0 D 7
Sehingga, 3278 = 110101112 = D716.
2.5.10. Konversi bilangan heksadesimal ke desimal.
Sistem bilangan heksadesimal adalah suatu sistem posisional dimana tiap-tiap digit heksadesimal mempunyai bobot tertentu berdasarkan atas posisinya terhadap titik heksadesimal seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.7.
Oleh karena itu bilangan heksadesimal dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara menjumlahkan bobot kali nilai-nilai dari masing-masing posisinya.
Sebagai contoh, bilangan heksadesimal 152B16 dapat diubah menjadi bilangan desimal dengan cara sebagai berikut:
152B16 = (1 x 163) + (5 x 162) + (2 x 161) + (11 x 160)
= 1 x 4096 + 5 x 256 + 2 x 16 + 11 x 1
= 4096 + 1280 + 32 + 11
= 541910
Sehingga, 152B16 = 541910
2.5.11. Konversi bilangan heksadesimal ke biner.
Konversi dari bilangan heksadesimal ke bilangan biner dapat dilakukan dengan cara mengubah setiap digit pada bilangan heksadesimal secara terpisah menjadi ekivalen biner 4 bit, seperti yang terlihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Ekivalen setiap digit dari bilangan heksadesimal menjadi 4 bit bilangan biner
Sebagai contoh, bilangan heksadesimal 2A5C16 dapat diubah ke bilangan biner sebagai berikut.
216 = 0010, MSB
A16 = 1010
516 = 0101
C16 = 1100, LSB
Sehingga, bilangan heksadesimal 2A5C16 dapat diubah menjaid bilngan biner 0010 1010 0101 11002.
2.5.12. Konversi bilangan heksadesimal ke oktal.
Konversi dari bilangan heksadesimal ke bilangan oktal dapat dilakukan dengan cara mengubah bilangan heksadesimal ke bilangan biner atau ke bilangan desimal terlebih dahulu.
Sebagai contoh, bilangan heksadesimal 9F216 dapat diubah menjadi bilangan oktal dengan cara diubah dulu ke bilangan desimal, sebagai berikut:
Heksadesimal 9 F 2
Desimal 9x162 + 15x161 + 2x160 =
2304 + 240 + 2 = 254610
Selanjutnya hasil bilangan desimal diubah ke bilangan oktal,
2546/8 = 318, sisa 210 = 28, LSB
318/8 = 39, sisa 610 = 68,
39/8 = 4, sisa 710 = 78,
4/8 = 0, sisa 410 = 48, MSB
Sehingga, 9F216 = 2546 10 = 47628.
Cara lain diubah dulu ke bilangan biner, sebagai berikut:
Heksadesimal 9 F 2
Biner 1001 1111 0010
Selanjutnya hasil bilangan biner dikelompokkan setiap tiga bit dimulai dari digit paling kanan (LSB). Kemudian, setiap kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Biner 100 111 110 010
Heksadesimal 4 7 6 2
Sehingga, 9F216 = 1001111100102 = 47628.
2.6. Bilangan Biner Pecahan
Dalam sistem bilangan desimal, bilangan pecahan disajikan dengan menggunakan titik desimal. Digit-digit yang berada di sebelah kiri titik desimal mempunyai nilai eksponen yang semakin besar, dan digit-digit yang berada di sebelah kanan titik desimal mempunyai nilai eksponen yang semakin kecil.
Sehingga,
0.110 = 10-1 = 1/10
0.1010 = 10-2 = 1/100
0.2 = 2 x 0.1 = 2 x 10-1, dan seterusnya.
Cara yang sama juga bisa digunakan untuk menyajikan bilangan biner pecahan. Sehingga,
0.12 = 2-1 = ½, dan
0.012 = 2-2 = ½2 = ¼
Sebagai contoh,
0.1112 = 1/2 + 1/4 + 1/8
= 0.5 + 0.25 + 0.125
= 0.87510
101.1012 = 4 + 0 + 1+ ½ + 0 + 1/8
= 5 + 0.625
= 5.62510
Pengubahan bilangan pecahan dari desimal ke biner dapat dilakukan dengan cara mengalikan bagian pecahan dari bilangan desimal tersebut dengan 2, bagian bulat dari hasil perkalian merupakan pecahan dalam bit biner. Proses perkalian diteruskan pada sisa sebelumnya sampai hasil perkalian sama dengan 1 atau sampai ketelitian yang diinginkan. Bit biner pertama yang diperoleh merupakan MSB dari bilangan biner pecahan. Sebagai contoh, untuk mengubah 0.62510 menjadi bilangan biner dapat dilaksanakan dengan
0.625 x 2 = 1.25, bagian bulat = 1 (MSB), sisa = 0.25
0.25 x 2 = 0.5, bagian bulat = 0, sisa = 0.5
0.5 x 2 = 1.0, bagian bulat = 1 (LSB), tanpa sisa
Sehingga,
0.62510 = 0.1012
Monday, June 4, 2012
ELEKTRONIKA DIGITAL
KONSEP
DASAR ELEKTRONIKA DIGITAL
Dalam bidang teknologi, bidang bisnis atau bidang
yang lain kita selalu berurusan dengan kuantitas-kuantitas. Kuantitas-kuantitas
tersebut diukur, dimonitor,dicatat dan untuk kepentingan tertentu dapat dimanipulasi
secara aritmatik.
1.1. Representasi
bilangan
Pada dasarnya ada 2 cara untuk
merepresentasikan atau menyatakan nilai bilangan dari suatu kuantitas yaitu
secara analog dan digital.
1.1.1.
Representasi Analog
Pada representasi analog suatu kuantitas
dinyatakan dengan kuantitas yang lain yang berbanding lurus dengan kuantitas
yang akan representasikan. Contoh representasi analog adalah speedometer sepeda
motor, dalam hal ini kecepatan sepeda motor dinyatakan dengan simpangan jarum
speedometer, simpangan jarum speedometer selalu mengikuti perubahan yang
terjadi pada saat kecepatan sepeda motor naik atau turun. Contoh lain adalah
kuantitas pada mikrofon audio, tegangan output yang dihasilkan mikrofon
sebanding dengan amplitudo gelombang suara yang masuk pada mikrofon,
perubahan-perubahan pada tegangan output mikrofon selalu mengikuti perubahan
yang terjadi pada input yang masuk pada mikrofon.
Sesuai dengan contoh-contoh diatas, kuantitas
analog mempunyai karakteristik dapat berubah secara bertingkat pada suatu
rentang harga tertentu. Dalam rentang tertentu kecepatan sepeda motor dari 0
sampai 100 Km/h kecepatan bisa pada (10 Km/h, 20 Km/h, 40 Km/h, 60 Km/h, atau
99 Km/h). Dapat disimpulkan Pada representasi analog perubahan kuantitasnya berlangsung
secara kontinyu.
1.1.2.
Representasi Digital
Pada representasi digital Kuantitas tidak
dinyatakan dengan kuantitas yang sebanding tetapi dinyatakan dengan
simbul-simbul yang disebut digit. Contoh pada jam digital yang menunjukkan waktu
dalam bentuk digit-digit desimal yang menyatakan Jam, menit dan detik. Perubahan
menit atau detik yang terbaca dalam jam digital tidak berubah secara kontinyu
tetapi berubah step demi step secara diskrit, berbeda dengan jam tangan analog yang
skala penujukan waktunya berubah secara kontinyu. Dapat disimpulkan Pada
representasi digital perubahan kuantitas berlangsung secara diskrit step demi
step. Karena representasi digital
mempunyai sifat diskrit, maka pada saat pembacaan harga suatu kuantitas digital
tidak ada penafsiran yang mendua berbeda dengan harga suatu kuantitas analog
sering timbul penafsiran yang berbeda.
1.2.
Sistem Digital
Sistem digital adalah suatu kombinasi
peralatan listrik, mekanis, fotolistrik dan lainnya yang disusun untuk melaksanakan
fungsi-fungsi tertentu, yang mana kuantitas-kuantitasnya dinyatakan secara
digital. Beberapa alat yang menggunakan sistem digital antara lain adalah
komputer digital, kalkulator, volt meter digital dan mesin-mesin yang dikontrol
secara numerik. Secara garis besar sistem digital memberikan
keuntungan-keuntungan berupa kecepatan, kecermatan, kemampuan memori, tidak
mudah terpengaruh oleh perubahan-perubahan karakteristik komponen sistem dan pada
umumnya mampu digunakan pada rentang pemakaian yang lebih luas.
1.3.
Sistem Analog
Pada umumnya kuantitas-kuantitas fisik
prinsipnya bersifat analog, pada sistem analog kuantitas-kuantitas berubah
secara gradual pada suatu rentang kontinyu. Contoh-contoh sistem analog adalah komputer
analog, sistem broadcast radio, dan rekaman pita audio. Pada siaran radio AM
kita dapat menalakan radio pada setiap frekuensi sepanjang rentang band dari
535 K Hz sampai 1605 K Hz secara kontinyu.
1.4. Sistem Hybryd
Kebanyakan sistem pengendalian pada proses
industri adalah sistem hybryd, sistem ini merupakan gabungan dari kuantitas
digital dan kuantitas analog. Pada sistem hybryd terjadi konversi terus menerus
antara kuantitas digital dan analog. Dalam kenyataannya hampir semua kuantitas adalah
bersifat analog yang kuantitas-kuantitasnya sering diukur dimonitor dan
dikontrol. Sistem pengendalian proses industri yang mempunyai kuantitas-kuantitas
seperti, temperatur, tekanan, permukaan cairan dan kecepatan aliran diukur dan
dikendalikan dengan sistem hybryd yang memanfaatkan keuntungan-keuntungan dari
sistem digital.
Gambar
1.1. Diagram blok pengendalian sistem hybryd.
Gambar 1.1. menunjukkan diagram blok pengendalian sistem hybryd, input
kuantitas analognya diukur, kemudian kuantitas analog diubah menjadi kuantitas
digital oleh konverter analog ke digital. Selanjutnya kuantitas digital diproses oleh prosesor sentral. Hasil output
dari prosesor sentral diubah kembali
menjadi kuantitas analog oleh konverter digital ke analog untuk diumpankan pada
rangkaian kontroler guna memberikan pengaruh pada pengaturan harga pada
kuantitas analog asal yang telah ditetapkan.
1.5 Konsep Dasar Kuantitas-Kuantitas Biner
Kuantitas
biner secara nyata pada rangkaian logika adalah saklar dua arah yang dipakai untuk
menghidupkan dan mematikan lampu listrik. Dengan rangkaian ini kita dapat
menyatakan setiap bilangan biner seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.2.a.
yang menyatakan kuantitas biner 100102 . Contoh lain ditunjukkan
pada gambar 1.2.b. lubang-lubamg pada kertas digunakan untuk menyatakan bilangan-bilangan
biner, sebuah lubang adalah biner 1 dan tak berlubang biner 0.
Pada sistem digital elektronik informasi
biner dinyatakan oleh sinyal-sinyal listrik yang terdapat pada input dan output
dari rangkaian elektronik. Pada sistem ini biner 1 dan 0 dinyatakan dengan
tegangan 0 volt atau 5 volt. Semua sinyal input dan output akan mempunyai harga
0 volt atau 5 volt dengan batas toleransi
tegangan seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1.3.
Subscribe to:
Posts (Atom)